Download terlengkap cara terbaikAnak yang merepotkan orang tuanya secara halus

Solusi cara terbaik dan terlengkapBerangkat kerja pulang tidur kerjanya merepotkan orang tuanya secara halus, akibat materi menjadi kiblat utama.


Download aplikasi terbaruLihatlah menggunakan komputer, pc-desktop, laptop, maupun smartphone android. Saat ini ada 100 artikel Kategori Edukasi Pengembangan Diri. Pemutakhiran versi update revisi ke : 116364.


Hanya berangkat kerja pulang tidur pulas.

"Anak seperti itu memang ada dijaman sekarang akibat materi sudah menjadi kiblat"

Hanya berangkat kerja pulang tidur -

Realitanya memang : jaman sekarang jamannya berkarier, kerja sekeras mungkin, kumpulkan uang sebanyak mungkin, pulang kerja tinggal tidur. karena uang menopang hidup. Namun yang keliru adalah uang secara halus & pelan-pelan merubah akhlak & akidah sampai menciptakan doktrin baru hingga akhirnya menggeser nilai-nilai akhlak ke arah materi sebagai kiblatnya.

Siapakah anak yang bisa berangkat kerja, pulang terus tidur?

  • Tentu anak yang punya karier, gaji / penghasilan cukup besar, status sosial yang cukup & mempunya orang tua yang juga ber-ekspektasi tinggi terhadap anak-anaknya hanya karena ukuran materi, bukan kualitas ilmu & akidahnya.

  • Anak yang bisa memanipulasi, mendramatisir, membelokan orang tuanya secara halus, menggunakan kelebihan materinya, supaya orang tua bisa membantunya setiap hari, mulai pagi, siang, sore, malam, hingga tidur lagi. Dan orang tuanya tidak menyadari sedang dijerumuskan secara halus kedalam lingkungannya, karena : uang, pangkat, jabatan hanya dijadikan ukuran kebaikan, bukan aklhak & akidah dimensi tinggi.

Contoh analogi sekaligus realita yang nyata :

  • Seorang anak dengan karier & pekerjaannya bisa membeli rumah. Orang tuanya pasti sangat-sangat bangga & selalu membanggakannya.

  • Namun sang anak membeli rumah tidak berniat sama sekali untuk ditempati, hanya sebagai sarana unjuk gigi secara halus, kalau dirinya bisa membeli rumah.

  • Target utamanya adalah membuat orang tua bangga, lalu mengendalikan & memperbudak secara halus, hingga orang tuanya tidak merasa sedang dibelokan akidahnya secara halus, akhirnya menjadi orang tua yang materialistis tanpa disadarinya.

  • Anak yang sudah menikah tapi tidak menempatkan sama sekali tugas & tanggung jawabnya sepenuh hati, bahkan pada hal yang kecil-kecil.

Contoh sekaligus kenyataan :

  • Mengantar anak sekolah, tidak perlu karena sudah bisa bayar pembantu (PRT), bahkan orang tuanya sendiri bisa dijadikan pembantu secara halus, sebab saking bangganya terhadap anaknya yang berkecukupan materi.

  • Memasak dirumah untuk suami, tidak perlu karena beli paket makanan yang enak-enak juga bisa, tidak perlu repot-repot.

  • Kewajiban menyusui anaknya yang masih kecil/bayi, tidak perlu, sebab tinggal beli freezer, ambil ASI (Air Susu Ibu) masukan dalam botol, masukan ke lemari pendingin, kasihkan pembantu (PRT) untuk memberikan ASI dalam botol tsb. Inilah akhlak dijaman era modern yang terlah banyak menghasilkan generasi muda dengan kebaikan samar-samar, karena anak tersebut hanya hasil hubungan biologis orang tua yang syah menikah, tapi tidak punya hubungan empati sejak anaknya masih kecil. anak seperti ini jika nanti sudah dewasa susah diatur & banyak permintaannya, maka yang salah sebenarnya adalah orang tuanya itu sendiri. Ala tua becik tua itulah pitutur wong jawa yang bisa menggambarkan hal tsb.

  • Bekerja dengan keras, berangkat pagi pulang petang, & melemburkan diri dikantor. dengan niat supaya pulang tinggal tidur. tidak perlu tau kapan anak kecilnya nangis, merengek, minta ini & lainnya, yang penting pulang dapat uang yang banyak.

Mengapa ada anak sampai pulang kerja terus tidur sesuai kehendak hatinya?

  • 1. Orang tuanya sendiri tidak tegas memberikan jalur untuk menempatkan kewajiban & tanggung jawab sang anak yang sudah menikah & juga punya pekerjaan dengan penghasilan cukup besar.

  • 2. Orang tuanya memiliki paham materialis, sehingga ketika anaknya dimampukan secara materi, orang tuanya sangat bangga kemudian dimanfaatkan secara halus oleh anaknya, agar nilai akidahnya berbelok secara halus, bergeser menjadikan materi sebagai kiblat.

  • 3. Orang tuanya kurang bisa membedakan, kapan harus membantu anaknya, & kapan anaknya harus menjalankan kewajibannya sendiri apalagi jika sudah menikah. Pagi, siang, sore, malam, baik dari urusan kecil sampai besar, orang tuanya yang melayani & membantu. Mengapa orang tuanya mau? sebab orang tuanya berpaham materialis, sehingga cukup kasih uang banyak, makan enak, beritahu jenjang karir bagus, maka orang tua bisa disuruh-suruh anaknya secara halus. Disinilah akidah & akhlak bergeser pelan-pelan tidak terasa sudah menjadi materi sebagai kiblat. orang tua semakin sulit & ambigu dalam menempatkan rasa adil akibat ekspektasi berlebihan terhadap materi.

  • 4. Orang tuanya kurang bisa menempatkan rasa adil kepada anak-anaknya. Sehingga dimanfaatkan secara halus oleh anaknya yang notabene berkecukupan secara materi untuk diperbantukan.

  • 5. anak yang merasa pekerjaan & penghasilan yang didapatnya karena memang kompetensi serta skillnya di atas rata-rata. Pekerjaan bagus ukurannya memang kompetensi. Tapi jika ditarik satu kesimpulan tunggal, sebenarnya Sang Pemurah Hatilah yang memberikan kesempatan 1 diabanding sekian ribu pada seseorang yang sedang diijinkan-NYA. Kesempatan karier bagus, materi berkecukupan, untuk menguji apakah akhlaknya akan berbelok / tidak, baik membelok secara halus tidak terasa maupun secara direct.

  • 6. anak yang sudah menikah kurang memegang kuat akad nikah yang tidak sekedar untuk diucap. Tapi benar-benar harus paham batas hak dengan kewajibannya selama dirumah & diluar rumah. Contohnya : dikantor posisi kerjanya bagus, kalau sudah dirumah harus paham posisi sesuai status kekeluargaannya. Sehingga tidak mendistorsi penempatan kewajiban & tanggung jawabnya menjadi orang tua.

Mengapa analogi pengetahuan : hanya brangkat kerja pulang tidur, perlu disampaikan?
  • Jaman era modern sekarang ini, akhlak & akidah secara pelan-pelan & halus sedang bergeser ke sifat-sitaf materialistis sebagai kiblat. Lembut & tidak terasa terus bergeser. Beragkat kerja, pulang, capek, tidur, yang penting tanggal muda pendapatan meningkat materi berkecukupan.

  • Pitutur & piwulang wong jowo : "menungso selaras karo alam". Kurang lebihnya pengertian berdasarkan abad modern : Manusia punya hubungan morfogenetik dengan alam semesta secara sistematis. Apa yang akan diberikan alam semesta, sesuai dengan isi hati & pikiran manusia yang berpijak di atas alam. Akhlak & akidah manusia yang baik, maka alam semesta akan memberikan kebaikan, pun demikian sebaliknya.

  • Jaman sekarang, kebanyakan orang sangat baik jika dilihat melalui kacamata sosial, mapan, bekerja, berkeluarga, berkecukupan, sopan, santun, ramah-tamah. Tapi jika diteliti lebih dalam, akhlak & akidahnya masih tidur dengan pulas. Logika materinya berkeja untuk memenuhi derajat sosial, tapi kalau sudah pulang kerja, akhlak & akidahnya tidur dengan pulas tanpa terasa. Hal demikian memang rumit jika dilihat dengan kacamata awam, jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan jaman jahiliah dahulu kala, & hanya terdeteksi oleh mereka-mereka yang berpikir lebih dalam berdasarkan nurani yang murni tanpa kontaminasi akhlak era modern.

Mengapa analogi hanya berangkat kerja pulang tidur pulas ternyata efeknya rumit & memusingkan?
  • Karena memang lebih baik memberitahu yang sebenarnya kompleks & rumit, tapi jika siapapun bisa berjalan di atas akidah & akhlak yang digariskan dengan sebenar-benar justru nanti akan mempermudah, Daripada menjejali hal yang terlihat enak & mudah-mudah tapi sebenarnya hanya akan mempersulit siapapun kedepan tanpa disadari & tidak terasa.

Sementara itu yang bisa disampaikan, semoga bermanfaat positif & inspiratif, hingga bisa membawa perubahan yang nyata baiknya. Tetap bisa adaptasi & bisa mengikuti perkembangan jaman & teknologi pada era yang semakin canggih & modern, tapi tetap melandasakan akhlak & akidah menjadi kiblatnya bukan materi semata. Terima kasih atas kunjungan & kepercayaannya, selamat bekerja & beraktifitas.