Definisi & pengertian rasa adil adalah : Suatu titik & kondisi dimana seseorang bisa memberikan sesuatu sesuai porsi hak, kewajiban & tanggung jawabnya. Rasa adil memiliki dimensi lebih tinggi dibandingkan adil secara kuantitas. Rasa adil tidak bisa dihitung, tapi bisa dipahami secara akurat oleh mereka yg berpemikiran bijak berdasarkan akidah, syariat, & hakikat adil yg sebenarnya. Rasa adil yaitu bisa memberikan tutur kata, sikap, tindakan, tingkah laku secara merata, bahkan dalam lingkingan yg dinamis & heterogen.
Semua orang tau tentang adil, keadilan, & rasa adil. Tapi pada kondisi tertentu, rasa adil bisa menjadi lebih rumit ditempatkan jika tidak memahami konsep dasarnya. Kalau rasa adil tidak dipahami sejak awal sesuai definisi & pengertian rasa adil diatas, maka kedepan justru akan menimbulkan perselisihan halus / terselubung. Baik itu dilingkup sosial, terutama lingkup keluarga.
Contoh memberikan rasa adil dalam level standar : Dilingkungan keluarga ada 3 anak, semua masih kecil, sekolah masih tk, sd, sma. Orang tua masih mudah memberikan rasa adil, tinggal bagi rata, selesai. Tidak ada perselisihan.
Contoh memberikan rasa adil dalam level medium : Dilingkungan keluarga, ada 4 anak, serta ayah & ibu. Anak-anaknya sudah : sd, smp, sma, kuliah. Dalam situasi tsb, orang tua sudah mulai kompleks memberikan rasa adil, terutama pada anak setelah sma & kuliah, sebab sudah mulai memiliki dunia sendiri. Begitu juga anak setelah sma & kuliah, harus besar hati menyadarkan orang tua, kala mereka mendapatkan perhatian lebih banyak, harus bisa meluruskan orang tua supaya bisa pula memberikan rasa adil ke anak yg masih sd & smp. Dalam kondisi demikian, rasa adil mulai masuk level medium, sudah membutuhkan hubungan timbal balik (feed back) antara anak2 & orang tua. Seperti apa rasa adil dalam kondisi level medium inilah yg akan menentukan bentuk rasa adil level legend / tingkatan lebih rumit dalam dimensi lebih tinggi. Jika kebiasaan rasa adil sudah dibangun dg feed back timbal balik yg seimbang sejak pada level medium, maka kedepan akan menghasilkan keharmonisan sampai umur berapapun & kapanpun juga, begitupun sebaliknya.
Contoh kasus memberikan rasa adil dalam level legend (Tingkat dimensi tinggi) lebih kompleks : Disebuah keluarga terdapat 3 orang anak, 1 sudah selesei pendidikan, 2 berikutnya sudah menikah. Anak yg ke-3 sudah menikah bertempat tinggal jauh dari orang tua. Anak yg ke-2 sudah menikah berikutnya beragam aspek, bertempat tinggal lebih dekat dg orang tua. Jika orang tua lebih sering menghubungi anak ke-3 untuk sekedar menanyakan kabar, kondisi, situasi, kesehatan, itu adalah hal benar dalam banyak aspek baik dimasa sekarang maupun jangka panjang kedepan. Anak ke-1 & ke-2 harus menyadari dg pemikiran lebih luas, untuk memberikan ruang pada orang tua supaya bisa lebih memberikan perhatian kepada anak ke-3. Bukan sebaliknya. Anak ke-2 seharusnya memiliki pemikiran, tutur kata, empati yg selaras dg perspektif lebih luas untuk menyadari tanggung jawabnya karena sudah menjadi orang tua, bukan membebani menguras waktu tenaga orang tua terutama ibu akan hal-hal setelah tidak lagi menjadi tanggungannya. Meskipun anak ke-2 termasuk mapan secara finansial.
Sehingga orang tua (ibu) tidak terkuras waktu tenaga pikirannya untuk memberikan rasa adil & tetap bisa memperhatikan suaminya sendiri, anak ke-1, terutama pada anak ke-3 yg tinggal jauh dari orang tua. Jika siapapun menemukan anak tipikal ke-2 tsb diatas, maka anak tipe-2 ini yang nantinya menjadi pemicu utama ketidakharmonisam rasa adil didalam keluarga secara halus. Jika sudah menjadi kebiasaan, akan sulit diluruskan, karena kesalahan yang berbalik menjadi pembenaran dg perspektifnya sendiri akan berakibat fatal & salah kaprah baik dalam dimensi fisik & nonfisik. Orang tua (Bapak terutama Ibu) tidak ada yang salah, yang keliru adalah anak tipe ke-2 inilah yang memanipulasi & mendramatisir serta memanfaatkan rasa adil orang tua menjadi berlebihan, hingga akhirnya orang tua (ibu) tidak menyadari sedang dimanfaatkan secara halus untuk membantu setelah tidak menjadi tanggung jawabnya, hingga akhirnya waktu, tenaga, pikirannya terkuras hanya untuknya, apalagi dilandasi dengan sifat materialis.
Sesuai kondisi diatas, bagaimana seyogyanya anak tipe ke-2 memberikan rasa adil terhadap orang tua & anak lainnya? Menyadari sepenuhnya kalau sudah menikah & sudah memiliki putra, memang repot. Tapi serepot apapun itu sudah menjadi tanggung jawabnya sendiri. Tidak mengatasnamakan pekerjaan kerepotannya, hingga akhirnya mengaburkan tanggung jawabnya sendiri sesudah menikah & menjadi orang tua. Memahami & mendewasakan diri untuk memahami definisi pengertian rasa adil sesuai penjelasan diatas, hingga bisa menempatkannya secara seimbang dalam linkuangan keluarganya. Menyadari bahwa orang tua sendiri tetap membantu jika ada kesulitan & kerepotan tertentu saja, tidak setiap hari menguras waktu tenaga & pikirannya (pagi, siang, sore, malam).
Siapapun sekarang yang sedang menyimak literatur ini, maka coba tanyakan dengan nurani paling dalam : termasuk tipe ke berapa? sekarang diposisi mana? apakah sudah bisa memberikan rasa adil sebenar-benarnya? biarkanlah nurani yang menjawabnya. Jika anak tipe ke-2 bisa memberikan rasa adil sebenar-benarnya, maka keharmonisan didalam keluarga & hubungan dengan anggota keluarga lainnya pasti harmonis, & sebaliknya akan disharmonies. Dan anak dengan tipikal kompleks ke-2 jika masih berlanjut maka biasanya yang akan menyadarkan nantinya bukan dalam bentuk manusia lagi, jika sukar diluruskan menurut perspektif norma manusia. Maka dari itu siapapun setelah menikah, sudah menjadi orang tua harus bisa memberikan rasa adil secara seimbang, agar terbentuk keharmonisan dalam jangka panjang.
Sementara itu penyampaiannya mengenai rasa adil dalam dimensi lebih kompleks, semoga bsa menjadi inspirasi positif untuk siapapun hingga membawa perubahan benar-benar harmonis sesuai jalur & porsinya masing2. Jika siapapun yang sedang berada disini membutuhkan konsultasi, silahkan boleh ke form tanya jawab / bahkan boleh menghubungi technical support via email/telepon supaya bsa dibantu pemecahannya. Sebelum & sesudahnya terima kasih atas kepercayaan & kunjungannya. Selamat bekerja & beraktifitas. |