Contoh dan dampak motivasi orang tua yang salah terhadap anaknya yang sudah menikah, dengan obsesi utama materialisme. Suka menghitung dan membandingkan anak yang satu dengan lainnya. Yang paling disayangkan adalah orang tua bergeser pandangan hidupnya menjadi materialisme karena ada salah satu anaknya yang memicu dan membakar secara halus rasa khawatir orang tua akan materi, dan membakar rasa simpati sekaligus iba pada anak yang memicunya.
Lihatlah menggunakan komputer, pc-desktop, laptop, maupun smartphone android. Saat ini ada 98 artikel Kategori Edukasi Pengembangan Diri. Pemutakhiran versi update revisi ke : 121912.
Setiap orang tua maupun mertua ingin anaknya suskes, tapi kadang cara memotivasinya salah sehingga hasilnya sebaliknya. Apa yang diinginkan orang tua baik orang tua sendiri maupun mertua sebenarnya hanya ingin melihat anaknya berhasil, sukses, berkecukupan, dunia & akhirat. Meskipun tidak dipungkiri yang paling banyak diinginkan hanya kesuksesan materi dunia saja baik terlihat langsung maupun secara halus. Akibat keinginan itu, orang tua kadang salah dalam mendidik, memotivasi anak-anaknya TANPA TERASA justru akan merusak mental, pikiran & perasaannya, baik pada anak sendiri maupun menantunya.
Berikut ini hal yang sering dilakukan orang tua tanpa dirasa & disadari justru merusak banyak hal kedepannya : Contoh : Tuh liat, andamu sudah jadi pegawai PNS, hidupnya enak & berkecukupan, sudah punya ini & itu, anda kalau ada lowongan kerja, mbok cepat-cepat sana mendaftar, jadi pegawai negri itu terjamin.
Contoh : Lihatlah kakakmu / adikmu sudah pada punya rumah, mobil, penghasilan besar, coba anda kapan bisa seperti mereka?
Contoh : Suka menceritakan anaknya yang sukses menjadi pegawai, menjadi pejabat, tanpa menyadari kalau jaman begitu dinamis, mungkin suatu waktu orang tua sangat bangga pada anaknya yang jadi pegawai perusahaan A, tapi dilain hari bisa saja justru beban moral yang didapat akibat anaknya bekerja di perusahaan A akibat didera masalah berat misalnya.
Contoh : Tuh lihat, si A sangat sayang orang tua, apa saja dia belikan, & sering kasih uang pada orang tua, sedangkan anda tidak pernah memberi apa-apa, kalau cuma mengurus rumah itu si pekerjaan PRT saja.
Contoh : Semua andamu yang menjadi pegawai BUMN & PNS, hidupnya enak & bercecukupan, anda harus berusaha lebih keras agar jadi pegawai. Tidak pernah menyadari, memahami, mengakui apa yang sebenar-benarnya sedang diusahakan anaknya yang dianggap belum punya apa-apa.
Contoh : Ketika orang tua ketahuan salahnya, tidak mau mengakui, justri mencari celah lain untuk pembenarannya sendiri. Misal ANALOGINYA : Orang Tua : 2 + 2 itu sama dengan 5, bukan 4.. Anak : Bukan, 2 + 2 = 4 bu / pak.. Orang Tua : Ngeyel dengan pembenarannya sendiri.. Orang tua justru berkata : kalau anda tidak dibiayai & disekolahkan orang tua maka anda tidak akan pintar berhitung matematika.
ITU ANALOGI yang bisa DITERAPKAN dalam BANYAK KASUS, sehari-hari.
Contoh : Agama mengajarkan kewajiban utama anak perempuan sudah menikah harus bisa patuh, mengikuti suaminya & bisa menyelsaikan masalahnya sendiri. Kenyataannya terbalik : Orang tua terutama ibu merasa berhak mengatur suami jika istri memiliki penghasilan lebih besar, tidak wajib patuh & mengikuti suami. Inilah ciri orang tua materialistis yang langsung maupun halus tampaknya.
Contoh : Akibat doktrin materialisme yang sudah menjadi kiblat orang tua, maka dia mudah dihasut & dipengaruhi pihak ketiga untuk menjelekan / menuding anaknya yang masih merintis, bukannya memberikan motivasi & membekali dengan mental yang tepat, akhirnya hanya menjadi perusak tanpa terasa.
Contoh : Karena merasa umurnya sudah tua, merasa banyak pengalaman, maka suka memberi nasehat yang dianggapnya benar, padalah dia tidak menyadari bahwa dewasa tidak diukur dari umur & banyaknya pengalaman hidup, tapi dari kualitas pikiran & kualitas pengalamannya.
Contoh : Ketika seorang anak dengan pengetahuan & pengalamannya memberikan masukan yang sebenarnya benar, TETAP tidak diakui, hanya karena anaknya belum memiliki uang banyak, padahal dalam SANUBARINYA paling dalam sudah menyadari perkataan anaknya yang tua pikiran & kedewasaannya itu benar.
Efek negatif jika cara di atas terus menerus digunakan orang tua maupun mertua : 1. Anak justru akan menjadi pembrontak. 2. Timbul banyak perselisihan yang sebenarnya sama sekali tidak diperlukan akibat saling salah paham. 3. Orang tua bukan lagi menjadi figur akhlak & akidah, tapi mendekati sifat dajaliah tanpa terasa. 4. Merusak banyak hubungan persaudaraan, akibat cerita kata-kata denga pembenaran sendiri tanpa dasar yang jelas, apalagi tidak sesuai anjuran agama.
Sebenarnya solusi orang tua yang ingin anaknya maupun menantunya sukses & berhasil adalah : Memberikan motivasi & format mental yang tepat, dengan cara mendukung & mensupport apa saja yang menjadi bakat & keahlian anak-anaknya secara bijak dengan kata yang tepat tanpa mengganggu pikiran & perasaannya. Bukan dengan cara diatas, sehingga anaknya akan menemukan sendiri cara terbaik untuk meraih kesuksesan & keberhasilan.
Solusi yang singkat, padat & bermakna namun tidak pernah disadari para orang tua, akibat tertutupnya hati & pikirannya oleh doktrin materialisme, mencintai materi duniawi secara berlebihan itu faktanya.
|