Hati-hati dengan orang tua yang bisa merusak pernikahan anaknya secara halus, orang tua yang menjadikan materi duniawi sebagai kiblat di jaman sekarang. Orang tua yang sebenarnya sudah mendurhakai anaknya lebih dahulu cirinya ada dibawah ini. Ibarat ban, bocornya halus, sukar dilihat kalau tidak dirambang.
Lihatlah menggunakan komputer, pc-desktop, laptop, maupun smartphone android. Saat ini ada 98 artikel Kategori Edukasi Pengembangan Diri. Pemutakhiran versi update revisi ke : 119967.
KARAKTER ORANG TUA SEHARUSNYA LEBIH SPIRITUAL FUTURISTIK DALAM MENDIDIK ANAK SESUAI KONSEKUENSI & TANGGUNG JAWABNYA SETELAH MENIKAH : -
Semua orang tua pada dasarnya punya ciri khas suka memberikan nasehat pada anak, dg tujuan ingin mereka bahagia lahir & batin. Namun pada kenyataannya banyak orang tua salah dalam menasehati anak / menantunya sebab merasa sudah paling tau semuanya, hal ini yg berpotensi merusak & memperkeruh pernikahan anaknya. MOHON DIPERHATIKAN : Bahwa, anak sangat menghargai nasehatnya lantaran saking menghormati pada orang tua, BUKAN KARENA setiap nasehat orang tua itu selalu tepat & benar sesuai kondisi. Disini dibutuhkan orang tua bijak & peka. Orang tua kadang berpotensi merusak pernikahan anaknya baik secara langsung maupun secara halus TAPI TIDAK DISADARI. Orang tua seharusnya menempatkan anak sesuai posisi & tanggung jawabnya menurut akhlak & akidah yg sebenarnya, bukan secara halus memanipulasinya. -
bila mau jujur, hampir semua orang tua jaman sekarang itu memiliki ciri khas materialistis, cinta dunia & uang. Menikahkan anaknya dg tujuan utama pasti harta, tahta, jabatan & uang. Padahal paham materialisme itu sangat merusak akhlak & moralitas. Hanya saja orang tua jaman sekarang juga pandai membungkus secara halus hasrat akan keinginan materi duniawinya, dg dalih agama & sopan santun yg halus lembut. Seolah-olah mengedepankan agama & sopan santun, namun dalam benak hatinya tersimpan niat akan materi duniawi semata, & itu akan tercermin dalam sikap & tutur katanya, bagi yg sudah paham ilmu psikologi orang tua, pasti akan secara cepat membaca indikasi seperti itu. Sudah sanggup beli ini & itu menjadi kiblat orang tua jaman sekarang : -
Orang tua manapun yg memiliki ciri khusus atitude & kepribadian halus seperti itu adalah cikal bakal orang tua paling merusak pernikahan anak kedepannya, apalagi bila pernikahan anak masih tergolong baru, pasti mudah sekali dihasut kata-kata dari pihak ketiga, contoh paling dekat orang tua itu tadi. AGAMA SOPAN SANTUN HANYA SEBAGAI KEMASAN HALUS NAMUN HATINYA HANYA BERISI MATERI DUNIAWI SEMATA : Berikut 6 ciri orang tua perusak pernikahan anaknya melalui sikap, prilaku, kata-kata, baik secara langsung maupun dibungkus halus, baik disadari bahkan sudah tanpa dirasa, beserta gambaran analoginya : "Nak, dulu si Pak A tidak punya apa-apa,, sekarang mobilnya banyak,, hebat ya nak.." "Ayo daftar CPNS supaya jadi pejabat, itu tetangga kita jadi pejabat, hidupnya serba mudah", tanpa verifikasi kebenaran validitas sumber lowongan kerjanya, selalu menyuruh-nyuruh seperti itu. "Eh,, apa suamimu membahagiakanmu?,, tuh liat,, si A sudah mampu beli mobil, rumah, suka bersedekah,, memang apabila banyak uang semua serba mudah nak,," Orang tua yg merusak itu suka menjunjung anak yg satu tapi menjatuhkan anak yg lainnya, begitu seterusnya, tanpa terasa. Anak yg sedang merintis ditindas, dijatuhkan bahkan dibuang. Anak yg dianggapnya berharta & bertahta disanjung & dipuja. Anak yg disanjung menjadi ujub tanpa terasa & anak yg sering disakiti & dijatuhkan akan menjadi tersakiti. Akhirnya merusak ekosistem keluarga, akibat orang tua sangat materialis, tidak punya prinsip & mudah dihasut dg sarana duniawi. "Tuh liat,, kakakmu sudah kuat beli B,, masa belum.." ATAU "Liat tuuh,, adikmu saja sudah bisa beli Z masa belum,, kapan ya.." -
5. Lebih condong pada anak yang hartanya banyak, apalagi bila si anak juga sama sering sengaja membakar rasa bangga orang tua, maka orang tua akan dg mudah di hasut & disuruh-suruh seperti pembantunya. Sangat membanggakan pada anak banyak hartanya, selalu membelanya meskipun salah hanya sebab sering disuap secara halus dg uang, materi, pemberian secara halus. Padahal tidak disadari hidup itu begitu dinamis. "Ehh,, itu kemarin si Y lahiran di rumah sakit XYZ biayanya.. uuh sampai 30 juta,, Kalau si Z sih cukup di puskesmas aja yang hemat yah.." Bagi anak sekarang sebagai objek penderita karena sedang merintis pernikahan, Kalau punya orang tua dengan ciri khusus seperti itu, maka harus sabar, tegar & teguh dengan prinsip yang kuat. Karena orang besar semua merintis dari rasa sakit lahir batin. Bagi anak sekarang sedang dipuji & disanjung orang tua, Kalau terbuai dengan pujian & sanjungan tersebut, apalagi merasa sudah berhasil menghasut orang tua sehingga menjadi materialistis, maka tinggal tunggu waktunya tiba, nantinya akan merasakan juga rasa sakit lahir batin itu sangat perih, akibat pandangan hidupnya tanpa disadari sudah merusak banyak norma pernikahan TANPA TERASA. Apakah orang tua dengan ciri khas tersebut salah? ya, tapi tidak 100% salah. karena memang ada sebagian orang tua yang dulunya bijak, santun, niatnya selalu berakhlak & berakidah, namun menjadi berubah karena memang ada salah satu anaknya yang suka merusak secara halus dengan : membakar & mendramatisir rasa bangganya, rasa ibanya, rasa khawatirnya, sehingga visi hidup & pandangannya berubah arah. Materi menjadi kiblat, akhlak & akidah yang sebenarnya ditinggalkan secara halus tanpa terasa hingga akhirnya merusak ekosistem rumah tangga bagi anak-anaknya yang sudah masuk dunia pernikahan. Seperti apa bentuk anak maupun menantunya? sesuai apa yang menjadi hasrat terpendam orang tua itu sendiri : -
Pinisepuh orang jawa jaman dulu memang benar adanya, substansinya : ala tua becik ya tua , & jaman sekarang semua sudah muncul perilaku orang tua semacam itu, sesuai petuah pinisepuh orang jaman dulu. Mengapa artikel ini ditulis secara realistis? -
Karena pada jaman sekarang, banyak mereka yang sudah menikah mengalami kondisi diatas. Sedang merintis setelah menikah, apalagi masih satu atap dengan orang tua, belum punya ini & itu, masih nebeng, itu jelas riskan jika bersanding dengan orang tua yang cirinya sudah disebutkan diatas. Karena memang yang menikah sebenarnya tidak ada masalah untuk hidup merintis dari bawah hanya saja orang tua yang merusak banyak hal akibat paham materialisme yang berpotensi merusak pernikahan anaknya juga jika sang anak tidak punya prinsip hidup yang kuat. Itu bagi anak yang sedang merintis. Bagi anak yang sedang dalam kondisi disanjung karena dianggap berkecukupan, itupun akan rusak dalam jangka panjang jika akhlak & akidahnya tidak disadarkan akibat sering menggunakan sarana duniawi untuk menghasut orang tua agar seolah dirinya paling baik diantara lainnya. Ingat secara baik, hidup itu tidak sekedar yang enak terlihat mata, yang merdu didengar, tapi banyak dimensi lebih tinggi melihatnya. Semoga menjadi bahan edukasi, perbaikan, & aplikatif kedepannya.
|