Download terlengkap cara terbaikJika anak tidak didisiplinkan dan terus dimanja maka tidak akan mandiri, tapi hanya bikin kamuflase dan manipulasi belaka!.

Solusi cara terbaik dan terlengkapCaranya dengan membangkitkan kesadaran spiritual akan konsekuensi & tanggung jawabnya setelah menikah, bukan mengkhawatirkan banyak hal.


Download aplikasi terbaruLihatlah menggunakan komputer, pc-desktop, laptop, maupun smartphone android. Saat ini ada 100 artikel Kategori Edukasi Pengembangan Diri. Pemutakhiran versi update revisi ke : 122747.


Hidup mandiri sesudah menikah itu mamng repot dan berat, siapapun itu. Mau berat repot seperti apapun itu sudah tanggung jawabnya harus konsekuen selesaikan pakai cara sendiri secara mandiri tanpa banyak alasan dan hanya pintar manipulasi belaka. Anaknya suka mengadu, orang tuanya gampang dipancing, maka klop cikal bakal banyak permasalahan terselubung secara berkesinambungan.

Cara supaya anak hidup mandiri berkeluarga setelah menikah :

  • 1. Memacu kesadaran spiritual, tegas dalam mendisiplinkan anak merupakan cara agar anaknya bisa total mandiri. Sadarkan bahwa hak kewajiban suami istri untuk totalitas mandiri setelah nikah, sudah ada dalam ijab qobul pernikahan, yang sebenarnya bukan buatan manusia, dasarnya kitab suci. Itupun bila orang tuanya ngerti spiritual dan tidak berpaham materialistis. Wong sudah menikah kok : istri tidak mau ikut suami apalagi patuh, suami tidak menafkahi istri lahir batin, keduanya masih suka mengadu, meminta, jualan iba agar dibelaskasihani orang tuanya, masih banyak lagi contohnya. jika itu yang ada dalamnya maka rumah tangganya sudah jelas bermasalah. Kehidupannya seperti ban bocor halus, jika dilihat fisik kelihatannya bagus, tapi ketika dirambang air akan kelihatan bocornya dimana-mana.

  • 2. Agar anak sanggup totalitas mandiri, maka harus ditegaskan kuat. Orang tua harus jujur katakan : Kalau sudah nikah, istri itu mengadunya ke suami. Suami kewajibannya melindungi dan membimbing istrinya, bukan dibolak-balik. Orang tuanya juga harus punya prinsip, jangan gampang terpancing jika anak sedang menjual ibanya agar dimelas-melasi, juga jangan gampang dipicu kalau si anak lagi menjual simpati agar dipuja-puji. Apabila orang tuanya gak punya prinsip, kiblatnya materialisme, anaknya pandai mengadu dan jual beli rasa iba, maka itu sangat bikin muak.

  • 3. Anak harus dilatih dan didisiplinkan agar matang dalam banyak aspek bukan aspek minoritas saja. Anak mandiri tidak sekedar matang secara finansial, tapi tidak suka mengadu, tidak suka meminta, tidak ketergantungan sama orang tuanya. Anak mandiri dalam keluarganya hanya berisi suami istri sebagai tempat untuk saling menemukan pemecahan. Bukan sedikit-sedikit mengadu, meminta, menjual iba agar dikasihani orang tuanya. Anak mandiri hidupnya harmoni, sebaliknya anak yang tidak mandiri maka pernikahannya pasti bermasalah, karena ketergantungan pada orang tuanya masing-masing, itu sudah pasti nyata dan terlihat jelas.

  • 4. Jika masih tidak mau mandiri setelah diajari, didisiplinkan, disadarkan, maka harus lebih tegas agar anak itu sadar betul bahwa dampak ketidakmandiriannya itu akan menghasilkan banyak problematika terselubung melalui keturunannya dikemudian hari tanpa disadarinya. Maunya enak dan tidak report tanpa harus mandiri, tapi nanti kalau kondisi sudah menagih, tidak ada manusia yang bisa menangkalnya, bisa dibuktikan.

  • 5. Sadarkan bahwa orang setelah menikah itu sudah pilihan hidup, pilihan itu memuat konsekuensi bukan dihindari dengan pelarian menuju orang tuanya terus. Makannya menikah itu harus lahir batin dengan cinta yang totalitas, bukan sekedar nikah lahir yang azaznya materialisme belaka. Kalau nikah karena materi duniawi semata maka setelah menikah pasti malah selalu merepotkan orang tuanya lahir batin.

Apa yang dijabarkan diatas merupakan arti mandiri yang sesungguhnya bentuk totalitas kemandirian.