 Tanggung jawab orang tua terhadap anak perempuan yang sudah menikah agar menjadi istri yang berbakti pada suaminya bukan sebaliknya seolah-olah baik padahal secara halus manipulatif dan bersebrangan.
 Lihatlah menggunakan komputer, pc-desktop, laptop, maupun smartphone android. Saat ini ada 96 artikel Kategori Edukasi Pengembangan Diri. Pemutakhiran versi update revisi ke : 119749.
bila ANAK PEREMPUAN SUDAH MENJADI ISTRI, MAKA ORANG TUA HARUS TEGAS AKAN KONSEKUENSI & TANGGUNG JAWAB TERHADAP SUAMINYA. 2 KUNCI UTAMA MEMBANGUN KELUARGA YANG JARANG DISADARI & BAHKAN DILANGGAR ISTRI JAMAN SEKARANG.  Setiap orang ingin memiliki pasangan, pacar, & bahkan ingin cepat menikah. sebab selain merupakan anjuran agama, juga memang menimbulkan ketentraman lahir batin & menjauhkan dari fitnah yg tidak benar. 2 PONDASI UTAMA SEBAGAI KUNCI TERBENTUKNYA KELUARGA YANG SEUTUHNYA : -
1. Istri wajib mengikuti kemanapun suaminya tinggal. -
2. Bila memiliki masalah, problematika dalam rumah tangga, selesaikan sendiri, jangan melibatkan orang tua. sebab itu sudah menjadi konsekuensi & tanggung jawab. Mau tanya ke leluhur manapun, berdasarkan kitab suci agama manapun, kuncinya hanya 2 itu diatas, silahkan bisa di cek & buktikan. -
SEORANG ISTRI yg tegar, konsekuen & tanggung jawab mengikuti kemanapun suaminya tinggal dalam kondisi apapun tanpa menyangkal, maka dialah istri yg mulia. Akhlak & akidahnya patut menjadi istri teladan. -
SEBUAH KELUARGA yg dipimpin suami, Kalau selalu berusaha menyelesaikan apapun kebutuhannya secara mandiri tanpa terus menerus melibatkan ibu maupun orang tua, maka itu keluarga yg sebenar-benarnya baik, bukan sekedar seolah-olah baik. Orang tua harus teliti & tegas, ketika dalam kondisi hanya seolah olah anak perempuannya sudah benar. Tapi bagaimana kenyataannya jaman sekarang? -
1. Banyak istri yg memburu karir & pekerjaan hingga mendapatkan penghasilan besar, namun sebenarnya mengesampingkan konsekuensi & tanggung jawab sebenarnya dirumah tangganya. Seolah-olah seperti orang tua tapi sebenarnya tidak. -
2. Banyak istri pemilik pendidikan tinggi, inteletualitas, namun kepandaiannya dipakai untuk mendramatisir mencari, mencuri, simpati & rasa iba orang tua terutama ibunya, supaya melanggar secara halus 2 kewajiban diatas. -
3. Kepandaian istri dipakai untuk mencuci otak orang tua secara halus menggunakan materi duniawi, supaya orang tua terbakar rasa bangganya terhadap anak perempuan yg sementara dianggap berhasil soal keuangan, sehingga orang tua terutama ibu menjadi mudah disuruh-suruh & dimintai bantuan yg bahkan sudah diluar tanggung jawabnya. -
4. Menjalankan aturan agama yg mudah & meninggalkan aturan yg dianggapnya mempersulit ruang gerak, contoh intinya ada pada 2 poin diatas, & tidak segan memanipulasi supaya seolah-olah pengelakannya dianggap paling benar & mendasar. Apa dampaknya apabila orang tua terutama ibu tidak tegas menerapkan 2 poin aturan diatas? -
1. Lelah tanpa terasa, sebab setiap hari dijejali cerita yg didramatisir anak perempuannya, hanya sekedar mencari iba, simpati, supaya ibunya terus menerus mebantunya, agar seorang istri tidak menjalankan 2 kunci utama berkeluarga diatas. -
2. Istri yg melanggar 2 poin diatas, adalah ciri khas istri yg akan merusak kepemimpinan suaminya secara halus lembut. -
3. Orang tua menjadi sangat materialis, sebab setiap hari rasa bangganya dibakar oleh cerita anak perempuannya tentang, karir, finansial, harta bendanya. -
4. Orang tua menjadi suka membandingkan anak yg satu dg lainnya, akibat rasa khawatirnya pun tidak luput dibakar oleh anak perempuannya, supaya anak perempuan itu dianggap seolah-olah paling baik, padahal apabila disadari lebih dalam hanya mencuci otak & pemahaman orang tua tentang visi hidup yg sebenarnya dibelokan secara halus. Konsekuensi tanggung jawab itu bukan sekedar supaya seolah olah baik, apalagi anak perempuan yg memanipulasi orang tua terutama ibunya. Bagaimana sebaiknya orang tua bersikap agar tidak masuk pada kategori ala tua becik ya tua ? -
1. Harus tegas, menerapkan 2 aturan kunci diatas, tanpa mudah dipicu, dibakar, rasa khawatir, rasa bangga yang dibuat anak perempuannya. -
2. Menyadari sepenuh hati & jiwa, memang aturan agama, spiritual itu berat tapi itu bekal di akhirat nanti. Sedangkan aturan manusia itu mudah dimanipulasi didistoris didramatisir, supaya seolah-olah baik padahal tidak. -
3. Menegaskan dg kategori realistis, Kalau anak memberi sesuatu sama orang tua itu sudah wajib, bukan pamrih. Jika ada anak memberi pada orang tua secara pamrih dg desain bungkusan yang sangat halus sekalipun, harusnya orang tua peka & menolaknya, serta menganjurkan lebih baik tidak perlu memberi. karena kondisi seperti ini akan membuat orang tua sulit menegur anak perempuannya akibat rasa rikuh pekewuh yang sebenarnya sama sekali tidak perlu, karena itu sebenarnya hanya pencitraan dari anak perempuannya yang pandai memanfaatkan intelektualitasnya untuk mengendalikan orang tua. -
4. Baca & pahami kembali, aturan dari kitab suci, apapun agamanya, ingat semua pesan leluhur, supaya pemikirannya tidak mudah dihasut dg aturan manusia yang hanya seolah-olah benar menggunakan cerita-cerita yang belum tentu validitasnya. -
5. Jika ada anak perempuannya menceritakan sesuatu apapun, yang berbau memancing & membakar : rasa iba, rasa simpati, rasa khawatir, secara berlebihan & terus-menerus, hendaknya teliti & validasi, jangan langsung mempercayainya, karena input model seprti itu pasti terselubung niat yang bersebrangan dg yang ditampilkan seolah-olah baik. Bagaimana sebaiknya seorang istri / anak perempuan yang sudah menikah? -
1. Sebaiknya menyadari, kebaikan itu tidak hanya dilihat baik menurut kacamata sosial, kacamata manusia, tapi ada dimensi tinggi yang melihatnya, & cara melihat sangat berbeda dengan penglihatan manusia. -
2. Hidup tidak hanya di alam fisik, tapi juga di alam non fisik. Fisik bisa di poles supaya seolah-olah baik dengan harta, tahta, materi, namun isi hati & sanubari tidak bisa dibohongi, itulah alam non fisik yang diketahui hanya oleh manusia itu sendiri & penciptanya. -
3. Istri yang mulia adalah istri yang bisa menanggalkan kepentingan pribadinya, mengikuti apapun titah suaminya, tidak pernah selalu melibatkan orang tua pada segala urusan maupun permasalahannya, & tidak merusak kepemimpinan suaminya bahkan dengan desain yang sangat pintar & halus mulus. -
4. Menjalankan kewajibannya dengan konsekuen & tanggung jawab tanpa perlu mencampuri maupun selalu melibatkan, karena setiap orang memiliki jalur hidup & kesibukannya masing-masing. jika semua hal di atas dijalankan sesuai kategori, jalur, kelas, konsekuensi & tanggung jawabnya masing-masing, maka semua akan harmoni dalam jalur yang sebenar-benarnya benar, bukan sebaliknya. Terima kasih atas kunjungan & kepercayaannya, semoga bermanfaat positif & selamat beraktifitas.
|
