Alasannya adalah karena keterampilan lulusan sarjana yang beragam produktivitasnya belum bisa ditampung diberbagai lowongan kerja yang tersedia. Sebenarnya tidak ada lulusan sarjana menganggur, apalagi jaman teknologi seperti sekarang sangat memungkinkan siapapun darimanapun dengan bakat apapun bisa dijadikan profesi atau pekerjaan. Tinggal bagaimana sudut pandangnya, agar tidak salah paham terhadap kondisi sekarang ini.
Lihatlah menggunakan komputer, pc-desktop, laptop, maupun smartphone android. Saat ini ada 100 artikel Kategori Edukasi Pengembangan Diri. Pemutakhiran versi update revisi ke : 121445.
Mengapa banyak pengangguran? sebenarnya tidak ada orang menganggur :Semua memiliki bakat & keterampilannya masing-masing. Hanya sajalapangan kerja tidak bisa menampung semua skill & keterampilan bakat mereka yang beragam. Sehingga terpaksa berusaha dengan caranya sendiri, bagi yang dianggap tidak memenuhi kualifikasi pada bidang pekerjaan tertentu pada suatu institusi maupun perusahaan tertentu pula. Banyak lulusan perguruan tinggi negeri & swasta yang sebenarnya memiliki keterampilan kerja yang bagus, tapi nilai IPK maupun ijazahnya kurang. Ada banyak lulusan yang IPK & ijazahnya bagus tapi pengalaman kerjanya minim. Keanekaragaman mereka ini juga harus bisa diserap oleh lapangan kerja dengan assemen tertentu yang sesuai dengan kelebihan & kekurangan mereka itu agar tidak ada yang nagnggur lagi. Jika sistem seleksi & rekruitasi hanya mengandalkan bagusnya nilai IPK & score tes maka hanya ada sebagian saja yang bisa masuk ke bidang kerja tertentu, padahal belum tentu yang nilainya jelek tidak bisa melakukan pekerjaan tertentu. Lulusan sarjana di jaman yang penuh dengan perkembangan teknologi seperti sekarang ini, sebenarnya skill & keterampilan apa saja bisa digali. Hanya saja para lulusan sarjana itu membutuhkan kesempatan pada titik tertentu. Agar bisa bersaing secara realistis untuk mendapatkan pekerjaan sesuai kualifikasinya. Baik yang matang secara intelektual maupun secara pengalaman kerja, sehingga tidak ada yang dianggap pengangguran.
Pelajari & pahami lagi arti bekerja yang sesuangguhnya, sebab sebenarnya tidak ada sarjana menganggur, mereka para lulusan sarjana apapun sebenarnya sudah punya cukup bekal pengetahuan intelektual untuk mengembangkan bakat & kreativitasnya lalu mengaplikasikannya secara produktif pada berbagai core bisnis dunia kerja. Kalau sampai sarjana menganggur sungguh sangat miris. Karena sebenarnya peluang itu banyak, baik dari sektor formal maupun informal, baik sektor negeri maupun swasta. Jadi kalau sampai banyak sarjana menganggur itu salah siapa?
Mengapa banyak lulusan sarjana menganggur di suatu negara, berikut penyebab utamanya :1. Negara mendapatkan pemasukan paling banyak dari sektor pajak bukan dari sektor produksi. Negara yang mendapatkan banyak pemasukan dari sektor produksi dari berbagai produk barang maupun jasa maka sudah pasti bisa menyediakan banyak lapangan kerja. 2. Negara mengalami devisit anggaran yang terlalu besar akibat berbagai hal sehingga tidak bisa membuka hal-hal baru yang menunjang produktivitas masyarakatnya. Malah justru mempersempit pekerjaan, memperketat sistem seleksi, untuk menghemat anggaran belanja negara. Hingga berakibat banyak lulusan sekolah maupun kuliah ikut terkena getah dampaknya dengan sulit mendapatkan pekerjaan yang tetap & menjamin. 3. Sebenarnya kalau diteliti dengan seksama banyak lulusan sekolah maupun kuliah sudah memiliki keterampilan yang produktif pada usia dini, masalahnya ketika akan mulai membuka usaha / lapangan kerja baru, mereka membutuhkan modal, sedang modal kalau pinjam ke bank / ke penyedia modal (kreditur) membutuhkan syarat yang banyak & rumit. Terpaksa mereka lulusan yang berbakat dengan berbagai nilai yang variatif harus mencari kerja ditengah-tengah kesempatan kerja yang semakin sempit akibat poin 1 & 2 diatas. Akhirnyanya tumbang & nganggur juga. 4. Banyak sarjana yang kemampuan intelektualnya bagus, kretivitasnya mumpuni, termasuk creator, namun negara maupun institusi daerah tidak bisa menyalurkan bakat mereka yang beragam akibat faktor 1 & 2 diatas. 5. Orang yang dianggap pengangguran sebenarnya sangat pusing terus berpikir mencari solusi untuk keluar dari lingkatan kesulitan pekerjaan, berusaha mengaplikasikan semua kemampuannya baik melalui dagang, usaha, bisnis, & lainnya. Pun demikian sebaliknya mereka yang notabene sudah punya pekerjaan bagus dengan posisi cukup dominan justru banyak menganggur dalam tanda kutip akibat pekerjaan di kantor yang monoton. Sehingga tidak terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme antara mereka yang dianggap pengangguran dengan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetap di kantor. 6. Merosotnya nilai akhlak, akidah, moralitas akbat sulitnya mendapatkan pekerjaan akibat berbagai hal diatas. Akhirnya tercipta doktrin yang secara halus merasuk pada sanubari siapapun kalau uang & materi menjadi kiblat. Akibat doktrin tersebut semakin muncul banyak blongsong kewolo yang akhirnya menjadikan sifat dajjaliah masuk diberbagai sendi kehidupan.
Masalah pekerjaan & pengangguran adalah hal yang sangat kompleks jika dibahas secara empiris, tidak ada yang akan mau disalahkan apalagi mengakuinya. Jadi mengapa banyak lulusan sekolah maupun kuliah yang masih berharap terus dengan lowongan kerja? Bagi siapapun, lulusan sarjana apapun, dengan bakat & gagasan apapun, percaya & yakin jika benar-benar mempertahankan iman taqwa aklhak akidah ditunjang terus menambah pengetahuan, terus berusaha menuangkan bakat & kreativitas yang positif ditengah-tengah kesulitan pasti nanti akan mendapat jalan dariNya. Siapa yang tahu, jika nanti ide yang kecil justru akan membuka lapangan kerja baru & menolong banyak orang yang mengalami banyak kesulitan seperti sekarang. Semakin banyak lulusan sarjana yang tetap tegar, kuat, yakin dengan bakat & kreativitasnya ketika belum mendapatkan pekerjaan idaman, mau mempertahankan iman & taqwa yang sebenar-benarnya maka setiap aktivitasnya nanti pula akan membuka pekerjaan bagi terus mengusahakannya. Tidak perlu khawatir apapun, karena rasa khawatir berlebihan soal kekurangan uang yang hanya akan mensabotase kreativitas positif diri sendiri. Sehingga nantinya tidak ada lagi lulusan sarjana menganggur apapun kondisinya, dalam arti setiap kesibukan & aktivitasnya akan semakin produktif tanpa harus diakui & ditonjolkan, tapi bisa nanti secara bertahap bisa merubah negara semakin produktif. Kalau tidak dari generasi muda para lulusan sekolah maupun kuliah, mau dari siapa lagi negara ini berharap akan sebuah perubahan & kemajuan.
|