|
Setiap orang tua pasti bangga bila anak-anaknya berhasil.. Sekolah, kuliah, lulus, jadi pegawai, punya jabatan, gajihnya besar, semua orang tua manapun menginginkan seperti tersebut. Namun siklus hidup itu sangat dinamis, jalan rejeki orang itu berbeda-beda, tidak bisa langsung seperti itu jalannya. Ada yg beruntung dalam tempo cepat, pun ada yg butuh waktu lama, akhirnya jadi juga. Jaman sekarang ini memang hampir semua orang itu kiblatnya materi, uang, kekayaan, kalaupun penampilan orang itu baik, itu hanya luarnya saja, didalmnya terbakar isi kebanggaan akan keinginan materi duniawi semata. Realita ini terdeteksi secara langsung ke sanubari masing-masing. Boleh saja memiliki rasa bangga terhadap keberhasilan materi kekayaan, tapi apabila terbakar secara yg tidak tepat & berlebihan, maka akan MERUBAH segalanya, pandangan hidupnya berubah, cara dia memandang hidup jadi berubah, akhirnya materi jadi kiblat.. Anak perempuannya setelah menikah wajib mengikuti suaminya.. sebab itu sesuai akad pernikahan & agama menganjurkan.. Namun kadang ada anak perempuan yg merasa kuat memiliki harta & kekayaan dari karirnya, memiliki keinginan mengendalikan semuanya dg kelebihan finansialnya itu, yg diinginkan : Suami ikut yg perempuan,, yg perempuan sebenarnya maunya tinggal sama ibunya,, hanya itu yg sebenarnya tersirat dalam benak sanubarinya,, terbungkus halus menggunakan materi duniawi.. Anak perempuan model seperti ini biasanya pandai membakar bangganya orang tua,, terutama penggemar duniawi (harta & kekayaan + status pekerjaan yg menjanjikan) Anak seperti itu biasanya :
yang ada dalam benak pikiran & hati anak perempuan seperti itu sebenarnya hanyalah kamuflase, untuk mendorong & merubah visi hidup orang tua setelah benar, berubah menjadi materialistis, Orang tua yang mudah terbakar rasa bangganya ke anaknya yang memiliki materi duniawi lebih banyak, maka akan lebih mudah dikendalikan & dikelabui anak perempuannya bersankutan seperti itu secara halus, & lama-kelamaan akan di kethiplakaken secara halus. Contoh analogi yang menggambarkan hal di atas :
Maka :
dan analogi seperti itu diterapkan disetiap aspek kehidupan,, hingga orang tua selalu dilibatkan pada setiap urusan-urusan rumah tangga anak perempuannya,, padahal itu sudah tidak menjadi tanggung jawab ibunya, Tujuannya adalah mengendalikan orang tua (ibu) supaya mudah disuruh/diperintah, akibat akidahnya sudah di bakar oleh rasa bangganya terhadap anak perempuannya yang sedang dilebihkan materinya. Waktu ibunya hanya dihabisi & dikuras habis hanya untuk mengurusi anak perempuan itu setiap hari. Orang tua terutama ibu setelah masuk dalam perangkap duniawi seperti ini hendaknya cepat sadar, supaya melihat baik tidak anaknya itu bukan lantaran harta semata, namu lebih karena merasakan getaran mental, isi niat, & bagaimana akhlak budi pekerti anak-anaknya yang sebenar-benarnya, supaya tidak mudah di manipulasi & didramatisir oleh rasa bangga yang terbakar berlebihan akibat terlalu suka sifat duniawi. Padahal agama sudah mengatur & memberi petunjuk terang mengenai : Hak & kewajiban anak-anak setelah menikah, baik laki-laki / perempuan, sesuai status keturunan dalam keluarganya. Semoga referensi ini memberikan inspirasi positif, membawa perubahan yang bagus, meskipun memang kondisi seperti itu adalah pelik, namun jika dipahami dg kategori realistis, maka tidak akan tercampur antara budi pekerti dengan sifat duniawi. |