Caranya harus tahan untuk tidak ikut campur mengurusi urusan orang lain, daripada membicarakan orang lain lebih baik koreksi diri sendiri hingga benar-benar mandiri mutlak tidak setengah-setengah.
Lihatlah menggunakan komputer, pc-desktop, laptop, maupun smartphone android. Saat ini ada 98 artikel Kategori Edukasi Pengembangan Diri. Pemutakhiran versi update revisi ke : 117763.
Jaman sekarang adalah jaman cukup sulit, ngobrol membicarakan orang lain tanpa tahu kepentingannya sudah menjadi kebiasaan yang tidak terasa menggeser nilai akhlak & akidah yang sebenarnya. Ciri utama orang yang kekurangan pekerjaan (kurangen pegawean) adalah :1. Waktunya lebih banyak dipakai untuk ngobrol, ndopok, & membicarakan kepentingan orang lain. Tanpa mau mengoreksi diri sendir lebih dahulu secara lengkap. 2. Suka mencontohkan diri sendiri lebih baik dari yang lainnya. Baik dengan kalimat langsung maupun tidak langsung. 3. Punya banyak kesibukan tapi hanyalah sekedar sibuk, menyebabkan pengeluaran, boros tidak ada hasilnya, sangat jauh dari kelas produktif. 4. Suka menasehati orang lain tetapi tidak mau diberi nasehat, sebab merasa paling benar.
Manfaat mengoreksi diri sendiri dibanding mengurusi urusan orang lain :1. Akan lebih bijak dalam bersikap, bertutur kata, berpikir & merasakan lebih lembut. sebab akan lebih memiliki kesadaran (ngrumangsani) dibanding dengan selalu merasa bisa (rumangsa bisa) dibanding dengan yang lainnya. 2. Orang lebih senang mengoreksi diri sendiri, meluruskan dengan dasar akhlak & akidah yang benar, maka orang itu tidak akan takut & khawatir jika : tidak dipuji / disanjung / dinilai lebih dari orang lain.
Efek apabila suka mengurusi urusan orang lain :1. Kesadaran spiritualnya akan semakin rendah tanpa terasa, karena selalu merasa paling benar dengan membicarakan orang lain semauanya sendiri tanpa koreksi diri. 2. Waktu, tenaga, pikiran terbuang sia-sia, & kegiatannya punya kecenderungan tidak produktif. Kesibukannya hanya sekedar sibuk yang menimbulkan pengeluaran semakin banyak. 3. Mekanisme berpikir & cara belajarnya setengah-setengah, tidak seutuhnya, sehingga sering gagal paham, memicu perselisihan, karena suka memotong pembicaraan orang lain akibat ego & keinginan untuk diakui lebih tinggi dibandingkan dengan wawasan & pengetahuannya baik secara mental & intelektual. 4. Sukar dinasehati & diluruskan ke jalur akhlak & akidah yang sebenar-benarnya. karena tipikal tersebut biasanya benar ya tidak 100%, salahpun juga tidak 100%, butuh ketelitian tinggi menasehati orang dalam kategori ini.
Terlepas dari deskripsi itu semua, bagi yang ingin menambahkan & memberikan input silahkan. Mari kita belajar bersama agar ada titik temu & solusi, supaya semua bisa sinergi agar bisa saling menghormati & menghargai satu sama lain sesuai kapasitasnya tanpa determinasi apapun. Terima kasih atas kunjungan & kepercayaannya, selamat bekerja & berkarya.
|